Rabu, 25 Maret 2020

CORONA ADALAH VIRUS YANG MEMATIKAN DAN MEREKATKAN

Virus corona itu mematikan, tapi juga merekatkan


Belum genap seminggu #DiRumahAja, bosen udah melanda. Ngerasa hal yang sama gak sih? Kadang pengen banget keluar rumah, ketemu temen, bahkan gue juga udah mulai kangen berangkat kerja bawa motor ke kantor dan marah-marah di jalan karena gak logisnya kemacetan Jakarta. Pengen gitu bawa motor jauh menghirup udah Jakarta yang katanya udah mulai segar karena berkurangnya jumlah pengendara roda dua dan roda empat karena wabah pandemik ini.

Mungkin lo berpikir atau merasakan hal yang sama kaya gue. Sebenarnya, kita berani aja keluar rumah dan beraktivitas seperti biasa, tapi hal yang paling kita takuti adalah kita jadi carrier, atau pembawa virus itu dan membahayakan keluarga kita. Karena alasan kita keluar rumah, bekerja, dan beraktivitas adalah untuk keluarga.

Gue sangat salut dengan para pejuang kehidupan yang masih berani mengambil resiko untuk turun ke jalan mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Termasuk temen dan cewek gue yang masih harus berangkat ke kantor karena tuntutan pekerjaan. Doa gue menyertain kalian, semoga tuhan selalu melindungi kalian!.

Selama hampir 25 tahun gue hidup, baru kali ini semua orang dipaksa untuk berdiam diri di rumah untuk kebaikan bersama. Dengan tagline 'Social distancing', kita diharuskan untuk saling menjaga jarak satu sama lain untuk menghindari menularnya sebuah virus yang menurut gue kalem tapi mematikan ini. Mungkin jika diibaratkan sebuah pertemanan antara berbagai macam virus, COVID-19 adalah teman yang paling pendiam, tapi diam-diam menusuk dari belakang. Ngerebut cewek temen, nghibahin temen yang gak ikutan nongkrong, bahkan kalo dalam pekerjaan, dia mungkin tipe karyawan yang suka mengadu domba rekan kerja lainnya ke atasan. SARS dan MERS mungkin juga punya tingkah laku yang buruk, tapi mungkin mereka lebih punya batasan dalam bertingkah laku.

Selalu ada sisi positif dan negatif dalam segala hal termasuk dalam adanya wabah pandemik ini. Sisi positifnya, selain mematikan, Corona juga dapat merekatkan. Buat yang bekerja delapan jam sehari atau seharian bekerja di luar rumah, kalian jadi punya banyak waktu untuk keluarga. Mungkin kalian akan jauh lebih peduli untuk memberikan perhatian dan mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan ke anggota keluarga kalian. Gue yakin, orang tua pasti sangat senang anak-anaknya berkumpul bersama dalam waktu yang lama dan saling bercerita dan bertukar pikiran. Sisi positif lainnya, gue merasa kita kaya lagi bersatu melawan musuh besar. Kalo sebelumnya kita saling ribut karena berbeda pilihan, sekarang kita bersatu melawan virus ini dengan saling mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 

Lanjut ke sisi negatifnya, mungkin masih ada yang berbeda pendapat tentang apa yang harus dilakukan untuk melawan pandemik ini. Tapi gue ngerasa itu adalah hal yang wajar, karena perdebatan itu dilakukan untuk kebaikan bersama dalam mencari solusi. Dan yang paling merugikan adalah, terhambatnya kegiatan usaha para pelaku usaha karena banyak orang yang memutuskan untuk berdiam di rumah dan mengurangi beraktivitas salah satunya jual beli. Seperti cerita dari salah satu temen gue, orang tuanya adalah seorang tour guide di Bali, tapi sejak adanya wabah pandemik ini usahanya mengalami penurunan.

Semoga wabah ini segera berakhir dan kita dapat kembali beraktivitas kembali seperti biasa. Percayalah bahwa tuhan selalu punya rencana indah dari setiap masalah yang kita hadapi. Semoga teguran ini menyadarkan kita untuk terus dapat bersatu dan mengurangi perselisihan antar suku, agama, dan manusia. Semoga tuhan selalu melindungi kalian yang masih rela untuk tetap bekerja terutama  para dokter, perawat dan tim medis lainnya.


Fin!

@adittrachman